Jumat, 27 Maret 2009

Yang Mungkin

Salah satu kebanggan politisi adalah ketika menjawab pertanyaan "Apa sih politik itu?". Sambil membetulkan letak dasi (meminjam puisi Burung Kondor-nya Rendra), ia menjawab: "Politik adalah seni kemungkinan".

Akan menjadi persoalan jika definisi tersebut dihadapkan pada tuntutan rakyat akan "kepastian hukum" atau "kepastian lapangan kerja". Bisakah harapan itu ditumpukan kepada politisi yang selalu menjawab dengan "Mungkin"?

Wahai saudaraku, dapatkah kiranya membantuku menemukan titik temu antara rakyat yang menuntut "Kepastian" dan politisi yang menjawab dengan "Kemungkinan".

Celakanya, logika yang "mungkin-mungkin" ini sudah meracuni diriku. Ketika ditanya: "Pemilu nanti nyoblos nggak?", maka saya jawab: "Mungkin".