Salah satu kebanggan politisi adalah ketika menjawab pertanyaan "Apa sih politik itu?". Sambil membetulkan letak dasi (meminjam puisi Burung Kondor-nya Rendra), ia menjawab: "Politik adalah seni kemungkinan".
Akan menjadi persoalan jika definisi tersebut dihadapkan pada tuntutan rakyat akan "kepastian hukum" atau "kepastian lapangan kerja". Bisakah harapan itu ditumpukan kepada politisi yang selalu menjawab dengan "Mungkin"?
Wahai saudaraku, dapatkah kiranya membantuku menemukan titik temu antara rakyat yang menuntut "Kepastian" dan politisi yang menjawab dengan "Kemungkinan".
Celakanya, logika yang "mungkin-mungkin" ini sudah meracuni diriku. Ketika ditanya: "Pemilu nanti nyoblos nggak?", maka saya jawab: "Mungkin".
Jumat, 27 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
jadi mungkin ya mungkin tidak ya kang
satu kata yg tidak mempunyai ketegasan.
salam kang abdi
herra sunjaya
angkatan bp.96 ikip padang
no.08881852160
nemu blog akang ti kang herman
salam
mungkin tak mungkin ini berlalu ;-)
Posting Komentar